KELAINAN DEFEK
JANTUNG
A. Konsep
Dasar
1. Defenisi
Kelainan
defek merupakan kelainan jantung bawaan yang disebabkan oleh gangguan
perkembangan system kardiovaskular atau kelainan susunan jantung yang sudah ada
sejak lahir, jadi terjadi pada saat masih embrio.
Kelainan
defek dibagi dua yaitu :
a.
Defek
Septum Atrium (DSA)
Adalah
kelainan defek yang menjurus ke arah beban volume pada jantung bagian kanan,
dimana septuim atrium yang matang terjadi proses embriologi yang rumit dan struktur tidak sempurna. Bentuk atrial
septal defek yang paling umum adalah menetapnya ostium sekundum pada
pertengahan septum (80 % kasus); bentuk yang lain adalah ostium primum
(terletak di septum bagian bawah) persisten yang dapat disertai dengan kelainan
katup mitralis atau bikuspidalis. Bentuk ketifa adalah defek sinus venosus di
septum di bagian atas. Keadaan ini sering terjadi anomaly aliran darah
sebagioan dari vena pulmonalis ke dalam vena kava superior. Pada ketiga bentuk
kasus ini darah yang mengandung oksigen mengalir dari atrium kiri ke atrium
kanan sehingga meningkatkan output dan aliran darah pulmonal.
b.
Defek
Septum Ventrikel (DSV)
Adalah
kelainan defek yang menjurus kea rah beban volume pada jantung bagian kiri.
Atau suatu keadaan yang abnormal, yaitu pembukaan antara ventrikel kiri dan
ventrikel kanan, dimana sekat atau septum ventrikel tidak terbentuk sempurna.
Pada kelainan ini, pada septum interventrikuler terdapat lubang yang persisten
akibat kegagalan fusi dari septum aorta menyebabkan darah mengalir dari ventrikel
kiri yang tekanannya tinggi ke ventrikel kanan yang tekanannya lebih rendah.
Defek besar menyebabkan gagal jantung kiri terjadi lebih awal. Pirau kiri ke
kanan derajat sedang tetapi kronis dapat menyebabkan penyakit pembuluh darah
paru dan gagal jantung kanan. Banyak defek ventrikel yang menutup spontan pada
masa kanak-kanak awal.
2. Etiologi
Penyebab
terjadinya kealinan defek jantung baik DSA maupun DSV adalah secara pasti belum diketahui. Akan tetapi
terdapat factor predisposisi penyebab terjadinya kelainan defek yaitu Faktor
lingkungan : infeksi pada kehamilan (Ibu yang menderita Rubella), ibu hamil
dengan alkoholik, usia pada saat hamil lebih dari 40 tahun, ibu yang menderita
DM dan obat seperti thalidomide.
3. Patofisiologi
a.
Defek
Septum Atrium
Ø Antara minggu keempat dan
ketujuh dari kehidupan fetalis, dua lembar lipatan jaringan terbentuk
memisahkan ruang menjadi atrium kiri dan kanan . Septum primum, mempunyai dua
defek tetapi ini secara normal akan tertutup sewaktu bagian kedua, dimana
terdapat suatu celah sehingga dapat terjadi regurgitasi darah dari ventrikel
kiri ke atrium kiri dan kemudian sebagian darah ini masuk ke atrium kanan.
Akibatnya tidak terjadi pembesaran atrium kiri meskipun terdapat juga
insufisiensi mitral
Ø Pada ostium sekundum ditutupi oleh lipatan septum sekundum. Pada
kehidupan fetalis lipatan septum sekundum bertindak sebagai katup yang
menyebabkan darah langsung masuk ke atrium kanan dari vena sistemik tanpa
melalui paru, yang kemudian mengalir masuk ke dalam atrium kiri. Sewaktu
sirkular pulmonal telah terbentuk septum sekundum menutup dan pada sebagian
besar kasus kedua lapis lipatan menjadi satu. Sebagian besar kanak-kanak dan
beberapa orang dewasa , lubang dapat dilalui diantara kedua lapisan yang
disebut lubang paten foramen ovale
b.
Defek
Septum Ventrikel
Ø Adanya defek pada
ventrikel, menyebabkan tekanan ventrikel kiri meningkat dan resistensi
sirkulasi sistemik lebih tinggi dibandingkan resistensi pulmonal. Hal ini
menyebabkan darah mengalir ke arteri pulmonal melalui defek septum.
Ø Voluime darah di
paru-paru akan meningkat dan terjadi resistensi pembuluh darah paru. Dengan
demikian tekanan di ventrikel kanan meningkat akibat adanya shunting dari kiri
ke kanan. Ini akan beresiko endokarditis, dan mengakibatkan hipertrofi otot
ventrikel kanan sehingga akan berdampak pada peningkatan workload sehingga
atrium kanan tidak dapat mengimbangi meningkatnya workload, terjadilah
pembesaran atrium kanan untuk mengatasi resistensi yang disebabkan oleh
pengosongan atrium yang tidak sempurna.
4. Manifestasi klinik
a.
Defek
Septum Atrium
1)
Sebagian
besar pasien dengan defek yang ringan atau sedang tidak menunjukkan gejala.
2)
Pada
pirau yang besar, timbul dispnea pada saat aktifitas, gagal jantung dan infeksi
saluran nafas
3)
Terdengan
murmur ejeksi sistolik yang cukup keras di sela iga kedua dan ketiga akibat
peningkatan aliran arteri pulmonalis.
4)
Pada
pemeriksaan palpasi terdapat kelainan ventrikel kanan yang hiperdinamik di
parasternal kiri.
5)
Pada
auskultasi terjadi bunyi jantung dua tanpa bising
b.
Defek
Septum Ventrikel
1)
Adanya
tanda-tanda gagal jantung kanan : sesak, murmur, distensi vena jugularis, edema
tungkai dan hepatomegali
2)
Diaporesis
3)
Anoreksia
4)
Takipnea
5)
Ujung-ujung
jari hiperemik dan diameter dada bertambah
6)
Pada
anak yang kurus terlihat impuls jantung yang hiperdinamik
7)
Pada
palpasi dan auskultasi tekanan arteri pulmonalis yang tinggi dan penutupan
katup pulmonalis teraba jelas pada sela iga ketiga kiri dekat sternum, dan
mungkin teraba getaran bising pada dinding dada.
5. Prognosis
a.
Defek
Septum Atrium
Tanpa operasi
umur rata-rata penderita defek fosa ovalis dan defek sinus venosus adalah 40
tahun. Untuk defek atrioventrikuler lebih muda lagi. Angka mortalitas ini
meningkat 5 – 10 % apabila tekanan sistolik arteri pulmonalis ≥ 60 mmHg. DSA
sangat membahayakan karena selama puluhan tahun tidak menunjukkan keluhan dalam
perjalanannya. Timbuilnya fibrilasi atrium dan gagal jantung merupakan gejala
yang berat.
b.
Defek
Septum Ventrikel
Sebagian anak
walaupun diberi pengobatan medik intensif tetap meninggal juga. Sebagian lagi
akan berkembang menjadi sindrom Eisenmenger yang pada umur muda juga akan
meninggal. Bila tindakan bedah dilakukan pada waktu yang tepat, penderita dapat
mengecap kehidupan yang normal. Umumnya jarang melampaui usia 40 tahun.
6. Penatalaksanaan Medik
a.
Defek
Septum Atrium
DSA kecil
tidak perlu oprerasi karena tidak menyebabkan gangguan hemodinamik atau bahaya
endokarditis infektif. DSA besar perlu tindakan bedah yang dianjurkan dilakukan
dibawah umur 6 tahun (pra sekolah). Walaupun setelah operasi kemungkinan
ventrikel kanan masih menunjukkan dilatasi. Hal ini karena komplien otot
jantung sudah berkurang. Pada penutupan spontan DSA sangat kecil kemungkinannya
sehingga operasi sangat berarti. Defek fosa ovalis atau defek atrioventrikuler
dengan komplikasi ditutup dengan bantuan mesin jantung paru
b.
Defek
Septum Ventrikel
Pasien dengan
DSV besar perlu ditolong dengan obat-obatan untuk mengatasi gagal jantung.
Biasanya diberikan digoksin atau diuretik, misalnya Lasix. Bila obat dapat
memperbaiki keadaan, yang dilihat dengan membaiknya pernafasan dan pertambahan
berat badan maka operasi dapat ditunda sampai usia 2-3 tahun. Tindakan bedah
sangat menolong; karena tanpa tindakan tersebut harapan hidup berkurang.
Operasi bila perlu dilakukan pada umur muda jika pengobatan medik untuk
mengatasi gagal jantung tidak berhasil.
B. Konsep Keperawatan
I.
Pengkajian
1)
Pengkajian Umum
a.
Keluhan
Utama
Keluhan orang
tua pada waktu membawa anaknya ke dokter tergantung dari jenis dan derajat
defek yang terjadi baik pada ventrikel maupun atrium, tapi biasanya terjadi
sesak, pembengkakan pada tungkai dan berkeringat banyak.
b.
Riwayat
Kesehatan
1.
Riwayat
kesehatan sekarang
Anak
mengalami sesak nafas berkeringat banyak dan pembengkakan pada tungkai tapi
biasanya tergantung pada derajat dari defek yang terjadi
2.
Riwayat
kesehatan lalu
a.
Prenatal
History
Diperkirakan
adanya keabnormalan pada kehamilan ibu (infeksi virus Rubella), mungkin ada
riwayat pengguanaan alkohol dan obat-obatan serta penyakit DM pada ibu.
b.
Intra
natal
Riwayat
kehamilan biasanya normal dan diinduksi
c.
Riwayat
Neonatus
Ø Gangguan respirasi
biasanya sesak, takipnea
Ø Anak rewel dan kesakitan
Ø Tumbuh kembang anak
terhambat
Ø Terdapat edema pada
tungkai dan hepatomegali
Ø Sosial ekonomi keluarga
yang rendah
3.
Riwayat
Kesehatan Keluarga
a.
Adanya
keluarga apakah itu satu atau dua orang yang mengalami kelainan defek jantung
b.
Penyakit
keturunan atau diwariskan
c.
Penyakit
congenital atau bawaan
c.
Sistem
yang dikaji :
o
Aktivitas/istirahat
-
Keletihan/kelelahan
-
Dispnea
-
Perubahan
tanda vital
-
Perubahan
status mental
o
Sirkulasi
-
Riwayat
hipertensi
-
Endokarditis
-
Penyakit
katup jantung
-
Edema
pada tungkai
-
Takikardi
-
Murmur
sistolik dan diastolik
-
Bunyi
jantung S1 dan S2 melemah
-
Penurunan
curah jantung
o
Integritas
ego
-
Ansietas,
khawatir, takut
-
Stress
yang b/d penyakit
o
Makanan
dan cairan
-
Anoreksia
-
Pembengkakan
ekstremitas bawah/edema
o
Neurosensori
-
Kelemahan
-
pening
o
Pernafasan
-
Dispnea
-
Takipnea
-
Bunyi
nafas : mengi
-
Warna
kulit pucat, sianosis
o
Interaksi
sosial
-
Penurunan
peran dalam aktivitas sosial dan keluarga
o
Kenyamanan
-
Kehilangan
tonus otot
-
Kulit
lecet
2) Pengkajian Fisik
a. Inspeksi
Pertumbuhan
badan jelas terhambat, pucat dan banyak keringat bercucuran. Ujung-ujung jari
hiperemik, diameter dada bertambah, nafas pendek, retraksi pada vena jugulum,
sela interkostal dan region epigastrium. Pada anak kurus terlihat impuls
jantung yang hiperdinamik
b.
Palpasi
Impuls
jantung hiperdinamik kuat terutama yang timbul dari ventrikel kiri. Teraba
getaraa bising pada dinding dada, pada DSA getaran bising teraba di sela iga ke
II atau III kiri. Pada defek yang sangat besar sering tidak teraba getaran
bising karena tekanan di ventrikel kiri sama dengan tekanan di ventrikel kiri.
Teraba tepi hati tumpul di bawah lengkung iga kanan
c. Auskultasi
Pada
DSV terdapat bunyi jantung pertama mengeras terutama pada apeks dan sering diikuti” click” sebagai akibat
terbukanya katup pulmonal dengan kekuatan pada pangkal arteri pulmonalis yang
melebar. Bunyi jantung 2 mengeras terutama pada sela iga II kiri, umumnya closed split, terdengar bising
holosistolik kasar di tepi sternum kiri dengan pungtum di sela iga ke IV.
Pada
DSA terdapat split bunyi jantung 2 tanpa bising sering menunjukkan gejala
pertama dan salah satunya petunjuk akan DSA. Jarak antara komponen aorta
pulmonal bunyi jantung 2 pada inspirasi dan ekspirasi tetap sama sehingga
disebut “fixed splitting” . Bising sistolik dan pada pirau kiri ke kanan yang
besar maka bising mik diastolic berfrekuensi rendah terdengar pada sela iga ke
IV kiri atau kanan.
3) Pemeriksaan Diagnostik
Ø Ekokardiografi
dapat menunjukkan beban volume ventrikel kanan
yang berlebihan dengan adanya ventrikel dan atrium kanan yang membesar,
dan kadang-kadang tampak defeknya itu sendiri.
Ø Echo
transesofageal dapat meningkatkan sensitivitas akan adanya pirau yang kecil dan
foramen ovale paten.
Ø Aliran
radionuklir menilai besarnya pirau dari kiri ke kanan.
Ø MRI
untuk menjelaskan anatominya.
Ø Kateterisasi
jantung, masih merupakan diagnostic pasti, karena dapat menunjukkan dengan
jelas adanya peningkatan saturasi oksigen antara vena cava dan ventrikel kanan
akibat bercampurnya darah mengandung oksigen dari atrium kiri, menilai beratnya
pirau dan mengukur tahanan vascular darah pulmonary.
Ø Angiografi
kontras ventrikel kanan dan ventrikel kiri dapat menunjukkan kelainan katup
terkait atau anomaly aliran vena pulmonalis.
II. Diagnosa Keperawatan
1.
Penurunan
curah jantung b/d malformasi jantung.
2.
Gangguan
pertukaran gas b/d kongesti pulmonal.
3.
Intoleran
aktifitas b/d ketidakseimbangan rasio ventilasi perfusi.
4.
Gangguan
tumbuh kembang b/d tidak adekuatnya suplai oksigen dan zat nutrisi ke jaringan.
5.
Nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh b/d kelelahan dan anoreksia
6.
Kerusakan
integritas kulit b/d edema dan gangguan perffusi jaringan.
7.
Resiko
tinggi infeksi b/d menurunnya status kesehatan.
8.
Ansietas
b/d status hospitalisasi anak, kurang pengetahuan orang tua tentang kondisi
anaknya.
III. Intervensi Keperawatan
- Penurunan curah
jantung b/d malformasi jantung
Tujuan
: Klien menunjukkan tanda vital
dalam batas yang normal yang ditandai dengan: disritmia terkontrol, tidak
sesak, bebas dari gagal jantung.
Intervensi :
1)
Observasi
kualitas dan kekuatan denyut jantung, nadi perifer, warna dan kehangatan kulit.
Rasional : Penurunan curah jantung dapat
menunjukan menurunnya nadi perifer. Pucat menunjukan menurunnya perfusi perifer
sekunder terhadap tidak adekuatnya curah jantung.
2)
Tegakkan
derajat sianosis (sirkumoral, membrane mukosa, clubbing).
Rasional : Sianosis dapat terjadi sebagai refraktori GJK. Area yang sakit
sering berwarnabiru atau belang karena peningkatan kongesti vena.
3)
Monitor
tanda-tanda CHF (gelisah, tachikardia, tachipnea, sesak, lelah saat minum susu,
periorbital edema, oliguria)
Rasional : Tanda-tanda CHF merupakan indikator penilaian terhadap adanya
gagal jantung dan untuk menentukan intervensi selanjutnya.
4)
Berkolaborasi
dalam pemberian digoxin order, dengan menggunakan teknik pencegahan bahaya
toksisitas.
Rasional : Insiden toksisitas tinggi (20%) karena sempitnya batas antara
rentang terapeutik dan toksik. Digoxin harus dihentikan pada adanya kadar obat
toksik, frekuensi jantung lambat.
5)
Berikan
pengobatan untuk menurunkan after load.
Rasional : Obat digunakan untuk meningkatkan volume sekuncup, memperbaiki
kontraktilitas dan menurunkan kongesti.
6)
Berikan
diuretika sesuai indikasi.
Rasional : Tipe dan dosis diuretic tergantung pada gagal jantung.
Penurunan pre load paling banyak digunakan dalam mengobati pasien dengan curah
jantung relative normal ditambah dengan gejala kongesti.
- Gangguan pertukaran gas
b/d kongesti pulmonal
Tujuan
: Klien dapat menunjukan ventilasi
dan oksigenasi yang adekuat pada jaringan serta tidak adanya peningkatan
resistensi pembuluh paru, yang ditandai dengan klien bebas dari gejala distress
pernapasan.
Intervensi :
1)
Monitor
kualitas dan irama pernapasan.
Rasional : Jalan napas yang kolaps dapat menurunkan jumlah alveoli yang
berfungsi, secara negative mempengaruhi pertujaran gas.
2)
Berikan
posisi semi fowler pada anak.
Rasional : Menurunkan konsumsi atau kebutuhan oksigendan mempermudah
pernapasan yang meningkatkan kenyamanan fisiologi dan psikologi.
3)
Anjurkan
kepada klien untuk istirahat yang cukup.
Rasional : Istirahat akan membantu respon klien terhadap aktivitas dan
kemampuan berpartisipasi dalam perawatan.
4)
Anjurkan
klien untuk batuk efektif, napas dalam.
Rasional : Membersihkan jalan napas dan memudahkan aliran oksigen.
5)
Berikan
oksigen jika ada indikasi.
Rasional : Meningkatkan konsentrasi oksigen alveolar, yang dapat
memperbaiki atau menurunkan hipoksemia jaringan.
6)
Berikan
obat diuretika seperti lasix.
Rasional : Menurunkan kongesti alveolar, meningkatkan pertukaran gas.
- Intoleran aktifitas
b/d ketidakseimbangan rasio ventilasi perfusi
Tujuan
: Klien dapat mempertahankan aktivitas
yang adekuat dan anak akan berpartisipasi dalam aktivitas yang dilakukan oleh
anak seusianya, yang ditandai dengan menurunkan kelemahan dan kelelahan serta
tanda vital dalam batas normal selama beraktivitas.
Intervensi :
1)
Periksa
tanda vital sebelum dan selama aktivitas, terutama bila pasien menggunakan
vasodilator atau diuretik.
Rasional : Tanda-tanda vital dapat berubah setelah melakukan suatu
aktivitas efek akibat obat (vasodilatasi), perpindahan cairan (diuretik) dapat
mempengaruhi fungsi jantung.
2)
Ijinkan
anak untuk beristirahat, dan hindarkan gangguan pada saat tidur.
Rasional : Dengan memenuhi istirahat tidur dapat menghemat energi dan
membantu keseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen.
3)
Anjurkan
untuk melakukan permainan dan aktivitas ringan.
Rasional : Dengan permainan dan aktivitas ringan dapat mencegah kerja
jantung secara tiba-tiba.
4)
Berikan
periode istirahat setelah melakukan aktivitas.
Rasional : Memenuhi kebutuhan aktivitas atau permainan anak tanpa
mempengaruhi stress miokard atau kebutuhan oksigen yang berlebihan.
5)
Hindarkan
suhu lingkungan yang terlalu panas atau dingin.
Rasional : Suhu lingkungan yang panas atau dingin dapat mengganggu rasa
aman nyaman anak sehingga ia sering malas untuk beraktivitas.
- Gangguan tumbuh
kembang b/d tidak adekuatnya suplai oksigen dan zat nutrisi ke jaringan
Tujuan
: Klien dapat mempertahankan berat
badan dan tinggi badan yang sesuai yang ditandai dengan BB dan TB dalam batas
normal sesuai dengan usianya.
Intervensi :
1)
Sediakan
diit yang seimbang, tinggi zat-zat nutrisi.
Rasional : Untuk memaksimalkan kualitas masukan nutrisi sehingga dapat mempertahankan berat badan
dan membantu didalam perkembangan otak.
2)
Monitor
tinggi dan berat badan anak.
Rasional : Sebagai suatu indikator atau petunjuk pertumbuhan dan
perkembangan anak yang terjadi.
3)
Jelaskan
pada orang tua mengenai tumbang anak
Rasional : Agar orang tua dapat mengetahui tingkat pertumbuhan dan
perkembangan anaknya, sehingga dapat berperan serta dalam pemberian pengobatan
atau terapi.
4)
Ciptakan
lingkungan yang tenang.
Rasional : Untuk memenuhi istirahat/relaksasi klien secara optimal
5)
Berikan
oksigen 1-2 liter per menit.
Rasional : Memenuhi sediaan oksigen untuk kebutuhan miokard guna melawan
efek hipoksia atau iskemik.
- Nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh b/d kelelahan dan anoreksia
Tujuan
: Klien akan mempertahankan intake
makanan dan minuman yang adekuat untuk mepertahankan berat badan dalam rangka
pertumbuhan, dengan criteria hasil porsi makan dihabiskan, BB meningkat atau
dipertahankan.
Intervensi :
1)
Timbang
BB setiap hari dengan timbangan dan waktu yang sama.
Rasional : Memberikan informasi sehubungan dengan kebutuhan nutrisi dan
kefektifan terapi. Kehilangan BB bermakna dan masukan makan buruk memberikan
petunjuk tentang sensitivitas kemudi ventilator.
2)
Catat
intake dan out put secara benar.
Rasional : Berguna dalam mengukur keefektifan nutrisi dan dukungan cairan.
3)
Berikan
makan dalam porsi kecil tetapi sering.
Rasional : Menghindari kelelahan saat makan, meminimalkan anoreksia dan
mual serta untuk mempertahankan kebutuhan nutrisi klien.
4)
Berikan
intake cairan yang adekuat.
Rasional : Klien yang memperoleh pengobatan diuretika cenderung mengalami
kekurangan cairan akibat out put yang berlebihan.
- Kerusakan integritas
kulit b/d edema dan gangguan perffusi jaringan
Tujuan
: Klien dapat mempertahankan
integritas kulitnya yang ditandai dengan anak bebas dari edema, memiliki kulit
yang bersih dan utuh, integritas kulit terjamin.
Intervensi :
1)
Kaji
kulit, catat adanya penonjolan tulang, edema area sirkulasi
terganggu/pigmentasi.
Rasional : Kulit sangat beresiko karena gangguan sirkulasi perifer,
imobilitas fisik dan gangguan status nutrisi.
2)
Pijat
area kemerahan atau yang memutiih.
Rasional : Meningkatkan aliran darah, dan meminimalkan hipoksia jaringan.
3)
Ubah
posisi sesering mungkin di tempat tidur/kursi, bantu latihan rentang gerak
pasif/aktif.
Rasional : Memperbaiki sirkulasi/menurunkan waktu satu area yang mengganggu
aliran darah.
4)
Berikan
perawatan kulit kering dan meminimalkan dengan keadaan lembab/ekskresi.
Rasional : Kulit yang terlalu kering atau lembab dapat mempercepat proses
kerusakan.
5)
Hindari
pemberian obat intramuskuler.
Rasional : Edema interstisial dan gangguan sirkulasi memperlambat absorbsi
obat dan merupakan faktor predisposisi untuk kerusakan kulit.
- Resiko tinggi infeksi
b/d menurunnya status kesehatan
Tujuan
: Klien mengalami resiko infeksi
minimal, yang ditandai dengan anak tidak menunjukan tanda-tanda infeksi, dapat
mengkonsumsi diet sesuai usia, anak tidak berhubungan dengan individu yang
terinfeksi atau anak yang terkontaminasi.
Intervensi :
1)
Catat
faktor resiko terjadinya infeksi.
Rasional : Kesadarn akan faktor resiko akan memberikan kesempatan untuk
membatasi efeknya.
2)
Gunakan
teknik aseptik yang cermat untuk semua prosedur.
Rasional : Meminimalkan perkembangan organisme penyebab infeksi dan anak
dapat terhindar dari infeksi nosokomial.
3)
Pantau
suhu setiap saat.
Rasional : Untuk mendeteksi kemungkinan terjadinya infeksi
4)
Berikan
diet lengkap nutrisi sesuai usia klien.
Rasional : Dengan terpenuhinya nutrisi klien yang adekuat dapat mengurangi
resiko terjadinya infeksi.
5)
Berikan
penjelasan kepada orang tua tentang cara-cara penyebaran infeksi.
Rasional : Informasi yang adekuat akan membantu dalam proses pemulihan
klien.
6)
Kolaborasi
dengan tim medis tentang pemberian antibiotik.
Rasional : Meminimalkan proses perkembangan bakteri dan mencegah
terjadinya inflamasi.
- Ansietas b/d status
hospitalisasi anak, prosedur dan tes diagnostik, kurang pengetahuan orang
tua tentang kondisi anaknya
Tujuan
: Klien dan orang tua tidak
menunjukkan kecemasan, ditandai dengan anak dapat berespon terhadap prosedur
pengobatan, orang tua akan mengekspresikan perasaaannya karena memiliki anak
dengan kelainan jantung, mendiskusikan rencana pengobatan, dan memiliki
keyakinan bahwa orang tua memiliki peranan penting dalam keberhasilan
pengobatan.
Intervensi :
1)
Jelaskan
prosedur dengan cermat sesuai dengan tingkat pemahaman anak.
Rasional : Untuk menurunkan rasa takut atau cemas terhadap hal-hal yang
tidek diketahuinya.
2)
Tingkatkan
ekspresi perasaan dan takut, seperti menolak dan marah. Biarkan klien/keluarga
mengetahui ini sebagai reaksi normal.
Rasional : Perasaan yang tidak diekspresikan dapat menimbulkan kekacauan
internal dan meningkatkan kecemasan.
3)
Dorong
keluarga untuk menganggap klien seperti sebelumnya
Rasional : Meyakinkan klien dan keluarga bahwa perannya di dalam keluarga
tidak berubah.
4)
Berikan
informasi yang jelas tentang kondisi anaknya
Rasional : Menambah pengetahuan keluarga tentang penyakit anaknya sehingga
dapat meminmalkan kecemasannya.
5)
Berikan
beberapa cara pada anak untuk melibatkannya dalam prosedur, misalnya memegang
suatu alat, seperti balutan.
Rasional : Untuk meningkatkan rasa kontrol, mendorong kerja sama dan
mendukung keterampilan koping anak.
6)
Kaji
tingkat pengetahuan klien/keluarga dan keinginannya untuk belajar.
Rasional : Mengidentifikasi secara verbal tingkat pemahaman klien/keluarga
serta kesalahpahaman dan memberikan penjelasan.
IV. Implementasi Keperawatan
Pada tahap implementasi
atau pelaksanaan dari asuhan keperawatan meninjau kembali dari apa yang telah
direncanakan/intervensi sebelumnya, dengan tujuan utama pada pasien dapat
mencakup perbaikan curah jantung, tidak terjadi gangguan pertukaran gas,
mempertahankan tingkat aktifitas, pertumbuhan dan perkembangan anak baik,
pemeliharaan keseimbangan nutrisi, menghindari resiko infeksi, mempertahankan
integritas kulit dan pengurangan kecemasan.
V. Evaluasi Keperawatan
Hasil yang diharapkan
yaitu :
- Apakah
pasien dapat menunjukkan perbaikan curah jantung?
- Apakah
pasien dapat menunjukkan pertukaran gas yang optimal?
- Apakah
paiesn mempertahankan tingkat aktivitas?
- Apakah
pasien dapat mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang normal?
- Apakah
pasien dapat mempertahankan status nutrisi yang adekuat ?
- Apakah
pasien dapat menghindari resiko infeksi ?
- Apakah
pasien dapat mempertahankan integritas kulit ?
- Apakah
pasien dan keluarga menunjukkan penurunan rasa takut yang berhubungan
dengan prosedur dan kurang pengetahuan ?
1)
DAFTAR PUSTAKA
Marilynn
E Doenges, dkk., 2000, Rencana Asuhan Keperawatan, Penerbit Buku Kedokteran, EGC,
Jakarta.
Ngastiyah,
1997, Perawatan Anak Sakit, Penerbit
Buku Kedokteran, EGC, Jakarta.
Sylvia
& Lorraine, 1994, Patofisiologi, Konsep Klinis Proses Penyakit. Penerbit Buku Kedokteran, EGC,
Jakarta.
Staf
Pengajar Kesehatan Anak FKUI, 1985, Ilmu Kesehatan Anak, FKUI Jakarta.
Staf
Pengajar Patologi Anatomi FKU Airlangga, 1995, Buku Ajar Patologi II, FKU Airlangga, Jakarta.
Staf
Pengajar FKUI, 1986, Patologi,
FKUI, Jakarta.
Suriadi
& Rita Yuliani, 2001, Asuhan Keperawatan Pada Anak, Penerbit
Fajar Interpratama, Jakarta.
Tierney,
dkk., 2002, Diagnosis dan Terapi Kedokteran, Penerbit Salemba Medika,
Jakarta.
Underwood,
1997,
Patologi Umum & Sistematik, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
KELAINAN DEFEK
JANTUNG
Pengertian
:
ð
Kelainan
defek mrpk kelainan jantung bawaan yg disebabkan oleh gangg perkembangan system
kardiovaskular atau kelainan susunan jantung yg sudah ada sejak lahir.
ð
Kelainan
defek dibagi dua yaitu :
1.
Defek
Septum Atrium (DSA)
2.
Defek
Septum Ventrikel (DSV)
Etiologi
ð
Penyebab
secara pasti belum diketahui.
ð
Faktor
predisposisi kelainan defek yaitu; Faktor lingkungan (infeksi pd
kehamilan/Rubella), bumil dgn alkoholik, usia
saat hamil >40 thn, ibu yg menderita DM dan obat spt thalidomide.
Manifestasi
klinik
ð
Defek
Septum Atrium
1.
Klien
dgn defek ringan/sedang tidak menunjukkan gejala.
2.
Dispnea
saat aktifitas, gagal jantung dan infeksi saluran nafas.
3.
Tdpt
murmur ejeksi sistolik pd sela iga kedua dan ketiga.
4.
Pd
palpasi tdp kelainan ventrikel kanan.
5.
Pd
auskultasi BJ dua tanpa bising
ð
Defek
Septum Ventrikel
1.
Tanda
gagal jantung kanan: sesak, murmur, distensi vena jugularis, edema tungkai dan
hepatomegali.
2.
Diaporesis
3.
Anoreksia
4.
Takipnea
5.
Pd
palpasi dan auskultasi tekanan art. pulmonalis tinggi dan penutupan katup
pulmonalis teraba jls pd sela iga 3 kiri dekat sternum, dan teraba getaran
bising pd dinding dada.
Penatalaksanaan
Medik
1.
Defek
Septum Atrium
ð
DSA
kecil tidak perlu operasi.
ð
DSA
besar perlu tindakan bedah dibawah umur 6 tahun.
2.
Defek
Septum Ventrikel
ð
Pengobatan untuk mengatasi gagal
jantung (spt; digoksin atau diuretik, misalnya Lasix).
ð
Tindakan bedah.
Asuhan
Keperawatan
I.
Pengkajian
Pengkajian Umum
q
Kel.
utama; Tergantung jenis dan derajat defek yang terjadi baik pada ventrikel
maupun atrium, biasanya tjd sesak, edema tungkai dan diaporesis.
q
Riwayat
Kesehatan :
ð
Riwayat
kesehatan sekarang, Riwayat kesehatan lalu Riwayat Kesehatan Keluarga.
q
Sistem
yang dikaji :
ð
Aktivitas/istirahat: Keletihan/kelelahan, Dispnea, Perubahan
tanda vital, Perubahan status mental.
ð
Sirkulasi: Riwayat hipertensi, Endokarditis, Penyakit
katup jantung, Edema pada tungkai, Takikardi, Murmur sistolik dan diastolik,
Bunyi jantung S1 dan S2 melemah, Penurunan curah jantung.
ð
Integritas
ego: Ansietas, khawatir,
takut, Stress yang b/d penyakit.
ð
Makanan/cairan: Anoreksia, Pembengkakan ekstremitas
bawah/edema.
ð
Neurosensori: Kelemahan,
pening.
ð
Pernafasan: Dispnea, Takipnea, Bunyi nafas: mengi,
Warna kulit pucat, sianosis.
ð
Interaksi
sosial: Penurunan peran dlm
aktivitas sosial dan keluarga.
ð
Kenyamanan: Kehilangan tonus otot, Kulit lecet.
Pengkajian Fisik
q
Inspeksi:
Pertumbuhan terhambat, pucat dan
diaporesis. Ujung-ujung jari hiperemik, diameter dada bertambah, nafas pendek,
retraksi vena jugularis.
q
Palpasi: Impuls
jantung hiperdinamik kuat ventrikel kiri. Teraba getaran bising pada dinding
dada, pada DSA getaran bising teraba di sela iga ke II atau III kiri.
q
Auskultasi:
Pada DSV BJ 1 mengeras terutama pada
apeks, BJ 2 mengeras terutama pada sela iga II kiri.
Pemeriksaan Diagnostik: Ekokardiografi, Echo transesofageal, Angiografi
kontras ventrikel kanan dan ventrikel kiri.
II. Diagnosa Keperawatan
1
Penurunan
curah jantung b/d malformasi jantung.
2
Gangguan
pertukaran gas b/d kongesti pulmonal.
3
Intoleran
aktifitas b/d ketidakseimbangan rasio ventilasi perfusi.
4
Gangguan
tumbuh kembang b/d tidak adekuatnya suplai oksigen dan zat nutrisi ke jaringan.
5
Nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh b/d kelelahan dan anoreksia
6
Kerusakan
integritas kulit b/d edema dan gangguan perffusi jaringan.
7
Resiko
tinggi infeksi b/d menurunnya status kesehatan.
8
Ansietas
b/d status hospitalisasi anak, kurang pengetahuan orang tua tentang kondisi
anaknya.
III. Intervensi Keperawatan
Penurunan curah jantung b/d malformasi jantung
Intervensi
:
q
Observasi
kualitas dan kekuatan denyut jantung, nadi perifer, warna dan kehangatan kulit.
q
Tegakkan
derajat sianosis (sirkumoral, membrane mukosa, clubbing).
q
Monitor
tanda-tanda CHF (gelisah, tachikardia, tachipnea, sesak, lelah saat minum susu,
periorbital edema, oliguria)
q
Berkolaborasi
dalam pemberian digoxin order, dengan menggunakan teknik pencegahan bahaya
toksisitas.
q
Berikan
pengobatan untuk menurunkan after load.
q
Berikan
diuretika sesuai indikasi.
Gangguan
pertukaran gas b/d kongesti pulmonal
Intervensi
:
q
Monitor
kualitas dan irama pernapasan.
q
Berikan
posisi semi fowler pada anak.
q
Anjurkan
kepada klien untuk istirahat yang cukup.
q
Anjurkan
klien untuk batuk efektif, napas dalam.
q
Berikan
oksigen jika ada indikasi.
q
Berikan
obat diuretika seperti lasix.
Intoleran
aktifitas b/d ketidakseimbangan rasio ventilasi perfusi
Intervensi :
q
Periksa
tanda vital sebelum dan selama aktivitas, terutama bila pasien menggunakan
vasodilator atau diuretik.
q
Ijinkan
anak untuk beristirahat, dan hindarkan gangguan pada saat tidur.
q
Anjurkan
untuk melakukan permainan dan aktivitas ringan.
q
Berikan
periode istirahat setelah melakukan aktivitas.
q
Hindarkan
suhu lingkungan yang terlalu panas atau dingin.
Gangguan
tumbuh kembang b/d tidak adekuatnya suplai oksigen dan zat nutrisi ke jaringan
Intervensi
:
q
Sediakan
diit yang seimbang, tinggi zat-zat nutrisi.
q
Monitor
tinggi dan berat badan anak.
q
Jelaskan
pada orang tua mengenai tumbang anak
q
Ciptakan
lingkungan yang tenang.
q
Berikan
oksigen 1-2 liter per menit.
Nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh b/d kelelahan dan anoreksia
Intervensi
:
q
Timbang
BB setiap hari dengan timbangan dan waktu yang sama.
q
Catat
intake dan out put secara benar.
q
Berikan
makan dalam porsi kecil tetapi sering.
q
Berikan
intake cairan yang adekuat.
Kerusakan integritas kulit b/d edema dan gangguan
perffusi jaringan
Intervensi
:
q
Kaji
kulit, catat adanya penonjolan tulang, edema area sirkulasi
terganggu/pigmentasi.
q
Pijat
area kemerahan atau yang memutiih.
q
Ubah
posisi sesering mungkin di tempat tidur/kursi, bantu latihan rentang gerak
pasif/aktif.
q
Berikan
perawatan kulit kering dan meminimalkan dengan keadaan lembab/ekskresi.
q
Hindari
pemberian obat intramuskuler.
Resiko tinggi infeksi b/d menurunnya status kesehatan
Intervensi
:
q
Catat
faktor resiko terjadinya infeksi.
q
Gunakan
teknik aseptik yang cermat untuk semua prosedur.
q
Pantau
suhu setiap saat.
q
Berikan
diet lengkap nutrisi sesuai usia klien.
q
Berikan
penjelasan kepada orang tua tentang cara-cara penyebaran infeksi.
q
Kolaborasi
dengan tim medis tentang pemberian antibiotik.
Ansietas b/d status hospitalisasi anak, prosedur dan tes
diagnostik, kurang pengetahuan orang tua tentang kondisi anaknya
Intervensi
:
q
Jelaskan
prosedur dengan cermat sesuai dengan tingkat pemahaman anak.
q
Tingkatkan
ekspresi perasaan dan takut, seperti menolak dan marah. Biarkan klien/keluarga
mengetahui ini sebagai reaksi normal.
q
Dorong
keluarga untuk menganggap klien seperti sebelumnya
q
Berikan
informasi yang jelas tentang kondisi anaknya
q
Berikan
beberapa cara pada anak untuk melibatkannya dalam prosedur, misalnya memegang
suatu alat, seperti balutan.
q
Kaji
tingkat pengetahuan klien/keluarga dan keinginannya untuk belajar.
1)