var no = 8; var speed = 15; var snowflake = "http://1.bp.blogspot.com/-QyDjZOQUP2k/Tr0_81nF4bI/AAAAAAAAAbQ/p2FXOTSLxRc/s200/Hawk_Animation.gif";

Kamis, 10 Mei 2012

Anemia pada ibu hamil


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Ibu hamil merupakan salah satu kelompok penderita anemia. Angka anemia ibu hamil tetap saja masih tinggi meskipun sudah dilakukan pemeriksaan kehamilan dan pelayanan kesehatan. Berdasarkan data SKRT tahun 1995 dan 2001, anemia pada ibu hamil sempat mengalami penurunan dari 50,9% menjadi 40,1% (Amiruddin, 2007).
Angka kejadian anemia di Indonesia semakin tinggi dikarenakan penanganan anemia dilakukan ketika ibu hamil bukan dimulai sebelum kehamilan. Berdasarkan profil kesehatan tahun 2010 didapatkan data bahwa cakupan pelayanan K4 meningkat dari 80,26% (tahun 2007) menjadi 86,04% (tahun 2008), namun cakupan pemberian tablet Fe kepada ibu hamil menurun dari 66,03% (tahun 2007) menjadi 48,14% (tahun 2008) (Depkes, 2008).
Riwayat alamiah penyakit merupakan gambaran tentang perjalanan perkembangan penyakit pada individu dimulai sejak terjadinya paparan dengan agen penyebab sampai terjadinya kesembuhan atau kematian tanpa terinterupsi oleh suatu intervensi preventif maupun terapeutik (CDC, 2010 dikutip Murti, 2010). Hal ini diawali dengan terjadinya interaksi antara host, agent, dan lingkungan.
Perjalanan penyakit dimulai dengan terpaparnya host yang rentan (fase suseptibel) oleh agen penyebab. Sumber penyakit (agens) pada anemia ibu hamil diantaranya dapat berupa unsur gizi dan faktor fisiologis. Pada saat hamil, ibu sebagai penjamu (host). Menurut WHO (1972), anemia pada kehamilan terjadi jika kadar hemoglobin kurang dari 11 mg/dL (Basu,2010). Sedangkan menurut CDC (1998), anemia terjadi pada ibu hamil trimester 1 dan 3 jika kadar hemoglobin kurang dari 11 mg/dL sedangkan pada ibu hamil trimester 2 jika kadar Hb kurang dari 10,5 mg/dL (Lee,2004).
Dari faktor faal atau fisiologis, kehamilan menyebabkan terjadinya peningkatan volume plasma sekitar 30%, eritrosit meningkat sebesar 18% dan hemoglobin bertambah 19%. Peningkatan tersebut terjadi mulai minggu ke-10 kehamilan. Berdasarkan hal tersebut dapat dilihat bahwa bertambahnya volume plasma lebih besar daripada sel darah (hipervolemia) sehingga terjadi pengenceran darah. Hemoglobin menurun pada pertengahan kehamilan dan meningkat kembali pada akhir kehamilan.
B.     Rumusan Masalah
Agar Pembahasan dari makalah ini tidak melebar dan pembahasannya tetap berkonsentrasi pada satu bahan judul maka kami dari pemakalah perlu menetapkan rumusan masalah yang akan di bahas :
1.              Defenisi Penyakit Anemia Pada Ibu Hamil
2.              Klasifikasi Anemia Pada Ibu Hamil
3.              Etiologi Anemia Pada Ibu Hamil
4.              Tanda dan Gejala Anemia Pada Ibu Hamil
5.              Patofisiologi Anemia Pada Ibu Hamil
6.              Penanganan  Anemia Pada Ibu Hamil



C.    Tujuan  Penulisan:
Pembaca mampuh memahami:
1.              Defenisi Penyakit Anemia Pada Ibu Hamil
2.              Klasifikasi Anemia Pada Ibu Hamil
3.              Etiologi Anemia Pada Ibu Hamil
4.              Tanda dan Gejala Anemia Pada Ibu Hamil
5.              Patofisiologi Anemia Pada Ibu Hamil
6.              Penanganan  Anemia Pada Ibu Hamil

D. Manfaat  Penulisan
Pembaca  di harapkan :
1.              Mampu Memahami Defenisi Penyakit Anemia Pada Ibu Hamil
2.              Mampu Memahami Klasifikasi Anemia Pada Ibu Hamil
3.              Mampu Memahami Etiologi Anemia Pada Ibu Hamil
4.              Mampu Memahami Tanda dan Gejala Anemia Pada Ibu Hamil
5.              Mampu Memahami Patofisiologi Anemia Pada Ibu Hamil
6.              Mampu Memahami Penanganan  Anemia Pada Ibu Hamil




BAB II
PEMBAHASAN
A.                KONSEP PENYAKIT
1.              Defenisi Penyakit Anemia Pada Ibu Hamil
Anemia, perkataan yang berasal daripada bahasa Greek (Ἀναιμία) yang membawa pengertian "tiada darah", merujuk kepada kekurangan sel darah merah(RBC) dan/atau hemoglobin. Ini mengurangkan keupayaan darah untuk memindahkan oksigen ke tisu-tisu, dan mengakibatkan hipoksia; oleh sebab semua sel manusia bergantung kepada oksigen untuk hidup, tingkatan-tingkatan anemia yang berbeza-beza menimbulkan pelbagai
masalah. Hemoglobin (proteinyang membawa oksigen di dalam sel darah merah) harus hadir untuk memastikan pengoksigenan yang mencukupi bagi semua tisu dan organ badan.
Tiga kelas anemia yang utama termasuk:
1.     kehilangan darah akut (mendadak) yang berketerlaluan (genting seperti dalam kes pendarahan akibat kecelakaan, atau kronik (melalui kehilangan darah isi padu rendah dalam jangka masa lama);
2.     pemusnahan sel darah yang berterlaluan (hemolisis); dan
3.     pengeluaran/penghasilan sel darah merah yang kurang (hematopoiesis yang tidak berkesan).
Bagi wanita-wanita yang datang haid, kekurangan ferum dalam diet merupakan satu sebab yang umum untuk kekurangan pengeluaran sel darah merah.
Anemia merupakan gangguan darah yang paling biasa. Terdapat berbagai-bagai sebab yang mendasari anemia. Anemia boleh digolongkan melalui berbagai-bagai cara, berdasarkan morfologi atau bentuk sel darah merah, mekanisme etiologi, dan simptom klinikal yang boleh dikesan, antara lain.
Adanya dua pendekatan utama untuk mengelaskan anemia, iaitu pendekatan "kinetik" yang melibatkan penilaian pengeluaran, pemusnahan, dan kehilangan sel darah merah, [1] serta pendekatan "morfologi" yang mengelaskan anemia mengikut saiz sel darah merah. Pendekatan morfologi mempergunakan satu ujian makmal yang murah dan mudah didapati (min isi padu korpuskel, MCV) sebagai titik permulaannya. Sebaliknya, menumpukan perhatian pada persoalan pengeluaran pada peringkat awal membenarkan seseorang doktor untuk mendedahkan kes-kes anemia yang diakibatkan oleh berbilang sebab dengan lebih cepat.
2.      Klasifikasi Anemia Pada Ibu Hamil
Berdasarkan morfologi
ü  Anemia normasitik normakrom : ukuran dan kadar Hb normal, tetapi kehilangan darah secara akut
ü  Anemia makrositik normakrom : gangguan pada DNA
ü  Anemia mikrositik hipokrom : insufisiensi sintesis hem (besi) dan gangguan sintesis globin
ü  Berdasarkan etiologi
1.      Pendarahan
2.      Penurunan pembentukan sel darah
3.      Komplikasi
Komplikasi anemia meliputi :
ü  Gagal jantung
ü   Parestesia
ü  Kejang
3.      Etiologi Anemia Pada Ibu Hamil
Kurangnya mengkonsumai zat besi atau rendahnya kadar zat besi pada makanan, merupakan faktor utama penyebab anemia pada ibu hamil. Padahal, saat seorang perempuan hamil dan seiring bertambahnya usia kehamilan, semakin tinggi pula kebutuhan zat besi.
Itulah kenapa pada perempuan hamil, risiko anemia tetap tinggi. Sebagian gambaran bisa kita lihat kebutuhan zat besi ibu hamil setiap trimesternya berbeda-beda.
ü Pada trimester pertama kebutuhan zat besi sekitar 1 mg/hari.
ü Pada trimester kedua kebutuhan zat besi meningkat menjadi 5 mg/hari.
ü Pada trimester ketiga kebutuahn zat besi meningkat lagi menjadi 115 mg/hari.
Berdasarkan penelitian Departemen Kesehatan, Unicef, dan Institut Pertanian Bogor diperoleh data bahwa zat besi pada ibu hamil yang menyebabkan angka anemia ibu hamil, ternyata terkait pula dengan kondisi sosial budaya yang berkembang di masyarakat. Misalnya saja hal yang tabu untuk mengkonsumi makanan tertentu, kekurangan airdan kurangnya persediaan pangan.
Anemia terutama pada ibu hamil akibatnya akan sangat mengerikan. Anemia pada ibu hamil bisa menyebabkan keguguran, perdarahan sebelum dan waktu melahirkan, berat bayi lahir rendah, bahkan bisa menjadi penyebab utama kematian ibu dan bayi.
Data angka kematian ibu di Indonesia sampai sekarang masih tinggi yaitu sekitar 343 per seratus ribu kelahiran hidup. Atau dengan kata lain setiap seratus ribu perempuan yang melahirkan dalam satu tahun, berakhir dengan kematian sebanyak 343 orang perempuan. Dan menurut informasi dari Direktorat Kesehatan Keluarga, yang menjadi penyebab tingginya angka kematian itu adalah anemia.
Itulah sebabnya, menanggulangi anemia pada ibu hamil merupakan bagian utama dan tidak bisa dipisahkan ari program perbaikan gizimasyarakat.
4.              Tanda dan Gejala Anemia Pada Ibu Hamil
Banyak perempuan tidak menyadari bahwa dirinya mengalami anemia selama kehamilan. Tidak jarang perempuan dengan anemia yang ringan tidak memperhatikan adanya gejala atau tanda kekurangan zat besi. Beberapa gejala atau tanda anemia antara lain:
ü  Lelah, pusing, dan lemah
ü  Terlihat pucat, terutama pada bibir, kuku jari, dan di bawah lingkaran mata.
ü  Sesak napas
ü  Kesulitan berkonsentrasi
ü  Jantung berdebar-debar
ü  Denyut jantung cepat
Untuk memastikan bahwa gejala-gejala tersebut memang tanda terserang anemia – terutama pada ibu hamil – segeralah memeriksakan diri kepada petugas kesehatan sebelum gejala-gejala tersebut bertambah parah. Dengan lebih cepat ditangani, maka risiko paling buruk pun bisa segera dihindari.
Dalam penanggulangan anemia, terutama dengan memperhatikan risiko yang diakibatnya, maka anemia pada ibu hamil sejauh ini mendapat prioritas utama. Setelah itu, barulah perempuan yang telah melahirkan terutama dalam rentang masa nifas. Berikutnya adalah kepada balita. Sejauh ini, angka penderita anemia balita ini cukup tinggi, sekitar 55,5%. 
Usia anak sekolah atau anak-anak dengan rentang usia 6-12 tahun adalah prioritas selanjutnya. Angka penderita anemia pada usia anak sekolah ini berkisar antara 24-35%, sedangkan pada remaja putri pada rentang usia 12-18 tahun dan wanita usia subur juga mendapat perhatian serius terutama dalam mempersiapkan kehamilan.
5.              Patofisiologi Anemia Pada Ibu Hamil
Perubahan hematologi sehubungan dengan kehamilan adalah karena perubahan sirkulasi yg makin meningkat terhadap plasenta dari pertumbuhan payudara. Volume plasma meningkat 45-65% dimulai pada trimester ke II kehamilan, dan maksimum terjadi pada bulan ke 9 dan meningkatnya sekitar 1000ml, menurun sedikit menjelang aterem serta kembali normal tiga bulan setelah partus. Stimulasi yang meningkatkan volume plasma seperti laktogen plasenta, yang menyebabkan peningkatan sekresi aldosteron.
6.              Penanganan  Anemia Pada Ibu Hamil
untuk Ibu yang sedang hamil memang sangat rentan terhadap serangan penyakit anemia karena saat hamil terjadi peningkatan volume darah sehingga sel darah merah relatif menjadi lebih rendah. Selain itu, berkurangnya asupan makanan karena mual dan muntah serta risiko perdarahan pada waktu persalinan juga akan meningkatkan risiko anemia.
Adapun beberapa cara agar ibu hamil tidak terkena Anemia pada ibu hamil,
ü  Lakukan Pemeriksaan Hitung Darah Lengkap
Untuk mengetahui terkena Anemia atau tidak, segera lakuakan pemeriksaan hitung darah lengkap (complete blood count). Jika sel darah merah rendah (kehamilan mengalami anemia), wanita hamil membutuhkan suplemen tambahan untuk memastikan perkembangan bayi yang sehat. Segera cari cara terbaik untuk menangani Anemia.
ü  Konsultasikan Pada Dokter
Periksa kondisi kandungan dan kesehatan tubuh pada dokter. Jika saat kehamilan mengalami tanda-tanda Anemia, segera konsultasikan ke dokter untuk menanganinya. Biasanya dokter akan memberi resep obat atau melakukan penanganan anemia, bisa dilakukan secepat mungkin atau menunggu setelah proses melahirkan.
ü  Mengurangi Pola Diet
Kurangi proses diet saat kehamilan, karena perubahan pola makan dapat berdampak pada jumlah sel darah merah. Asam folat dan vitamin C bisa membantu mengaktifkan zat besi dalam aliran darah dan konsumsi makanan seperti daging, biji-bijian, tahu yang kaya zat besi.
ü  Anemia tidak bisa dibiarkan begitu saja, tentunya sangat diperlukan penanganan dan pengobatan yang tepat. Seimbangan pola hidup anda agar tubuh selalu sehat selama menjalani kehamilan, disarankan untuk memperbanyak konsumsi sayuran dan buah-buahan untuk memenuhi kebutuhan zat besi dalam tubuh.
7.              Pemeriksaan Anemia Pada Ibu Hamil
Untuk menegakkan diagnosis anemia pada kehamilan, dapat dilakukana anamnesis. Pada anamnesis akan didapatkan keluhan cepat lelah, sering pusing, mata berkunang-kunang, dan keluhan mual muntah yang lebih hebat pada kehamilan muda.
Pemeriksaan dan pengawasan Hb dapat dilakukan dengan menggunakan alat Sahli. Dari hasil pemeriksaan Hb dengan alat Sahli, kondisi Hb dapat digolongkan sebagai berikut:
1.      Hb 11 gr%        tidak anemia
2.      Hb 9-10 gr%  anemia ringan
3.      Hb 7-8 gr%    anemia sedang
4.      Hb < 7 gr%     anemia berat
Pemeriksaan darah dilakukan minimal dua kali selama kehamilan yaitu pada trimester I dan trimester ke III. Dengan pertimbangan bahwa sebagian besar ibu hamil mengalami anemia, perlu dilakukan pemberian preparat Fe sebanyak  90 tablet pada setiap ibu hamil di puskesmas.
Oleh sebab itu sebaiknya ibu hamil segera melakukan tindakan dan pemeriksaan apabila didapatkan keluhan cepat lelah, sering pusing, mata berkunang-kunang, dan keluhan mual muntah sehingga tidak sampai terjadi anemia berat. Dan untuk menghindari terjadinya anemia, sebaiknya ibu hamil melakukan pemeriksaan sebelum hamil sehingga dapat diketahui data-data dasar kesehatan umum calon ibu tersebut.

B.               TINJAUAN ASKEP
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN
DENGAN GANGGUAN HEMATOLOGI

  1. PENGKAJIAN
Pengkajian adalah langkah awal dan dasar dalam proses keperawatan secara menyeluru
Pengkajian pasien dengan anemia meliputi :
Biodata
Mengkaji identitas klien dan penanggung yang meliputi : nama, umur, agama, suku bangsa, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, perkawinan ke-, lamanya perkawinan dan alamat
Aktifitas / Istirahat
  • Gejala : keletihan, kelemahan, malaise umum. Kehilangan produktivitas ; penurunan semangat untuk bekerja. Toleransi terhadap latihan rendah. Kebutuhan untuk tidur dan istirahat lebih banyak.
  • Tanda : takikardia/ takipnae ; dispnea pada waktu bekerja atau istirahat. Letargi, menarik diri, apatis, lesu, dan kurang tertarik pada sekitarnya. Kelemahan otot, dan penurunan kekuatan. Ataksia, tubuh tidak tegak. Bahu menurun, postur lunglai, berjalan lambat, dan tanda-tanda lain yang menunujukkan keletihan.
Sirkulasi
  • Gejala : riwayat kehilangan darah kronik, misalnya perdarahan GI kronis, menstruasi berat (DB), angina, CHF (akibat kerja jantung berlebihan). Riwayat endokarditis infektif kronis. Palpitasi (takikardia kompensasi).
  • Tanda : TD : peningkatan sistolik dengan diastolik stabil dan tekanan nadi melebar, hipotensi postural. Disritmia : abnormalitas EKG, depresi segmen ST dan pendataran atau depresi gelombang T; takikardia. Bunyi jantung : murmur sistolik (DB). Ekstremitas (warna) : pucat pada kulit dan membrane mukosa (konjuntiva, mulut, faring, bibir) dan dasar kuku. (catatan: pada pasien kulit hitam, pucat dapat tampak sebagai keabu-abuan). Kulit seperti berlilin, pucat (aplastik, AP) atau kuning lemon terang (AP). Sklera : biru atau putih seperti mutiara (DB). Pengisian kapiler melambat (penurunan aliran darah ke kapiler dan vasokontriksi kompensasi) kuku : mudah patah, berbentuk seperti sendok (koilonikia) (DB). Rambut : kering, mudah putus, menipis, tumbuh uban secara premature (AP).
Integritas ego
  • Ø Gejala : keyakinanan agama/budaya mempengaruhi pilihan pengobatan,     misalnya penolakan transfusi darah.
  • Ø Tanda : depresi.


Eleminasi
  • Gejala : riwayat pielonefritis, gagal ginjal. Flatulen, sindrom malabsorpsi (DB). Hematemesis, feses dengan darah segar, melena. Diare atau konstipasi. Penurunan haluaran urine.
  • Tanda : distensi abdomen.
Makanan/cairan
  • Gejala : penurunan masukan diet, masukan diet protein hewani rendah/masukan produk sereal tinggi (DB). Nyeri mulut atau lidah, kesulitan menelan (ulkus pada faring). Mual/muntah, dyspepsia, anoreksia. Adanya penurunan berat badan. Tidak pernah puas mengunyah atau peka terhadap es, kotoran, tepung jagung, cat, tanah liat, dan sebagainya (DB).
  • Tanda : lidah tampak merah daging/halus (AP; defisiensi asam folat dan vitamin B12). Membrane mukosa kering, pucat. Turgor kulit : buruk, kering, tampak kisut/hilang elastisitas (DB). Stomatitis dan glositis (status defisiensi). Bibir : selitis, misalnya inflamasi bibir dengan sudut mulut pecah. (DB).
Neurosensori
  • Ø Gejala : sakit kepala, berdenyut, pusing, vertigo, tinnitus, ketidak mampuan berkonsentrasi. Insomnia, penurunan penglihatan, dan bayangan pada mata. Kelemahan, keseimbangan buruk, kaki goyah ; parestesia tangan/kaki (AP) ; klaudikasi. Sensasi manjadi dingin.
  • Tanda : peka rangsang, gelisah, depresi cenderung tidur, apatis. Mental : tak mampu berespons, lambat dan dangkal. Oftalmik : hemoragis retina (aplastik, AP). Epitaksis : perdarahan dari lubang-lubang (aplastik). Gangguan koordinasi, ataksia, penurunan rasa getar, dan posisi, tanda Romberg positif, paralysis (AP).
Nyeri/kenyamanan
  • Gejala : nyeri abdomen samara : sakit kepala (DB)
Pernapasan
  • Gejala : riwayat TB, abses paru. Napas pendek pada istirahat dan aktivitas.
  • Tanda : takipnea, ortopnea, dan dispnea.
Keamanan
  • Gejala : riwayat pekerjaan terpajan terhadap bahan kimia,. Riwayat terpajan pada radiasi; baik terhadap pengobatan atau kecelekaan. Riwayat kanker, terapi kanker. Tidak toleran terhadap dingin dan panas. Transfusi darah sebelumnya. Gangguan penglihatan, penyembuhan luka buruk, sering infeksi.
  • Tanda : demam rendah, menggigil, berkeringat malam, limfadenopati umum. Ptekie dan ekimosis (aplastik).
Seksualitas
  • Ø Gejala : perubahan aliran menstruasi, misalnya menoragia atau amenore (DB). Hilang libido (pria dan wanita). Imppoten.
  • Ø Tanda : serviks dan dinding vagina pucat.
  1. DIAGNOSA KEPERAWATAN
             Diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien dengan anemia meliputi
1) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai oksigen (pengiriman) dan kebutuhan.
2) Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan sekunder (penurunan hemoglobin leucopenia, atau penurunan granulosit (respons inflamasi tertekan).
3) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kegagalan untuk mencerna atau ketidak mampuan mencerna makanan /absorpsi nutrient yang diperlukan untuk pembentukan sel darah merah.
4) Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen seluler yang diperlukan untuk pengiriman oksigen/nutrient ke sel.
5) Kurang pengetahuan sehubungan dengan kurang terpajan/mengingat ; salah interpretasi informasi ; tidak mengenal sumber informasi.

  1. INTERVENSI/IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Intervensi dan implementasi keperawatan pasien dengan anemia adalah :
1). Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai oksigen (pengiriman) dan kebutuhan.
Tujuan : dapat mempertahankan/meningkatkan ambulasi/aktivitas.
Kriteria hasil : melaporkan peningkatan toleransi aktivitas (termasuk aktivitas sehari-hari) menunjukkan penurunan tanda intolerasi fisiologis, misalnya nadi, pernapasan, dan tekanan darah masih dalam rentang normal.
Intervensi :
  1. Kaji kemampuan ADL pasien.
Rasional : mempengaruhi pilihan intervensi/bantuan. keseimbangan, gaya jalan dan kelemahan otot.
  1. Kaji kehilangan atau gangguan
Rasional : menunjukkan perubahan neurology karena defisiensi vitamin B12 mempengaruhi keamanan pasien/risiko cedera.
  1. Observasi tanda-tanda vital sebelum dan
Rasional : manifestasi kardiopulmonal dari upaya jantung dan paru untuk membawa jumlah oksigen adekuat ke jaringan.
  1. Berikan lingkungan tenang, batasi
Rasional : meningkatkan istirahat untuk menurunkan kebutuhan oksigen tubuh dan menurunkan regangan jantung dan paru.
  1. Gunakan teknik menghemat energi, terjadi kelelahan dan kelemahan, anjurkan pasien melakukan aktivitas semampunya (tanpa memaksakan diri).
    Rasional : meningkatkan aktivitas secara bertahap sampai normal dan memperbaiki tonus otot/stamina tanpa kelemahan
2).  Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan sekunder (penurunan hemoglobin leucopenia, atau penurunan granulosit (respons inflamasi tertekan).
Tujuan : Infeksi tidak terjadi.
Kriteria hasil : mengidentifikasi perilaku untuk mencegah/menurunkan risiko infeksi.
meningkatkan penyembuhan luka, bebas drainase purulen atau eritema, dan demam.
Intervensi :
             a.Tingkatkan cuci tangan yang baik ; oleh
                Rasional : mencegah kontaminasi silang/kolonisasi bacterial
             b.Berikan perawatan kulit, perianal dan
                                 Rasional : menurunkan risiko kerusakan kulit/jaringan dan infeksi.
       c.Pantau/batasi pengunjung. Berikan isolasi bila memungkinkan.
         Rasional : membatasi pemajanan pada bakteri/infeksi
d.Pantau suhu tubuh. Catat adanya menggigil dan takikardia dengan atau  tanpa demam.
  Rasional : adanya proses inflamasi/infeksi membutuhkan evaluasi/pengobatan. sistemik (kolaborasi).
              e.Berikan antiseptic topical ; antibiotic
Rasional : mungkin digunakan secara propilaktik untuk menurunkan    kolonisasi atau untuk pengobatan proses infeksi local.
3).  Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kegagalan untuk mencerna atau ketidak mampuan mencerna makanan /absorpsi nutrient yang
diperlukan untuk pembentukan sel darah merah.
Tujuan : kebutuhan nutrisi terpenuhi
Kriteria hasil : menunujukkan peningkatan/mempertahankan berat badan dengan nilai laboratorium normal.
tidak mengalami tanda mal nutrisi.
Menununjukkan perilaku, perubahan pola hidup untuk meningkatkan dan atau mempertahankan berat badan yang sesuai.
Intervensi :
a. Kaji riwayat nutrisi, termasuk makan yang disukai.
Rasional : mengidentifikasi defisiensi, memudahkan intervensi pasien.
b. Observasi dan catat masukkan makanan
Rasional : mengawasi masukkan kalori atau kualitas kekurangan konsumsi makanan.
c. Timbang berat badan setiap hari.
Rasional : mengawasi penurunan berat badan atau efektivitas intervensi
d. nutrisi. Berikan makan sedikit dengan frekuensi sering dan atau makan diantara waktu makan.
Rasional : menurunkan kelemahan, meningkatkan pemasukkan dan mencegah distensi gaster.
e. Observasi dan catat kejadian mual/muntah, flatus dan dan gejala lain yang berhubungan.
Rasional : gejala GI dapat menunjukkan efek anemia (hipoksia) pada organ.
f. Berikan dan Bantu hygiene mulut yang baik ; sebelum dan sesudah makan, gunakan sikat gigi halus untuk penyikatan yang lembut. Berikan pencuci mulut yang di encerkan bila mukosa oral luka.
Rasional : meningkatkan nafsu makan dan pemasukkan oral. Menurunkan pertumbuhan bakteri, meminimalkan kemungkinan infeksi. Teknik perawatan mulut khusus mungkin diperlukan bila jaringan rapuh/luka/perdarahan dan nyeri berat.
g. Kolaborasi pada ahli gizi untuk rencana diet.
Rasional : membantu dalam rencana diet untuk memenuhi kebutuhan individual.
Kolaborasi ; berikan obat sesuai indikasi.
Rasional : kebutuhan penggantian tergantung pada tipe anemia dan atau adanyan masukkan oral yang buruk dan defisiensi yang diidentifikasi.
4). Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen seluler yang diperlukan untuk pengiriman oksigen/nutrient ke sel.
Tujuan : peningkatan perfusi jaringan
Kriteria hasil : – menunjukkan perfusi adekuat, misalnya tanda vital stabil.
Intervensi :
a. tanda vital kaji pengisian kapiler, warna kulit/membrane mukosa, dasar kuku.
Rasional : memberikan informasi tentang derajat/keadekuatan perfusi jaringan dan membantu menetukan kebutuhan intervensi.
b. Tinggikan kepala tempat tidur sesuai
Rasional : meningkatkan ekspansi paru dan memaksimalkan oksigenasi untuk
c. Awasi upaya pernapasan ; auskultasi bunyi napas perhatikan bunyi adventisius.
Rasional : dispnea, gemericik menununjukkan gangguan jantung karena regangan jantung lama/peningkatan kompensasi curah jantung.
d. Selidiki keluhan nyeri dada/palpitasi.
Rasional : iskemia seluler mempengaruhi jaringan miokardial/ potensial risiko infark.
 pemeriksaan laboraturium. Berikan sel darah merah lengkap/packed produk darah sesuai indikasi.
e. Kolaborasi pengawasan hasil
Rasional : mengidentifikasi defisiensi dan kebutuhan pengobatan /respons terhadap terapi.
f. Berikan oksigen tambahan sesuai indikasi.
Rasional : memaksimalkan transport oksigen ke jaringan.
5). Kurang pengetahuan sehubungan dengan kurang terpajan/mengingat ; salah interpretasi informasi ; tidak mengenal sumber informasi.
Tujuan : pasien mengerti dan memahami tentang penyakit, prosedur diagnostic dan rencana pengobatan.
Kriteria hasil : pasien menyatakan pemahamannya proses penyakit dan penatalaksanaan penyakit.
mengidentifikasi factor penyebab.
Melakukan tiindakan yang perlu/perubahan pola hidup.
Intervensi :
a. Berikan informasi tentang anemia
Rasional : memberikan dasar pengetahuan sehingga pasien dapat membuat pilihan yang tepat. Menurunkan ansietas dan dapat meningkatkan kerjasama dalam program terapi.
b. Tinjau tujuan dan persiapan untuk pemeriksaan diagnostik
Rasional : ansietas/ketakutan tentang ketidaktahuan meningkatkan stress, selanjutnya meningkatkan beban jantung. Pengetahuan menurunkan ansietas.
 penyakitnya.
c. Kaji tingkat pengetahuan klien dan keluarga tentang penyakitnya dan kondisinya sekarang.
Rasional : megetahui seberapa jauh pengalaman dan pengetahuan klien dan keluarga tentang penyakitnya.
d. Berikan penjelasan pada klien tentang memperhatikan diet makanan nya.
Rasional : dengan mengetahui penyakit dan kondisinya sekarang, klien dan keluarganya akan merasa tenang dan mengurangi rasa cemas.
e. Anjurkan klien dan keluarga untuk kembali tentang materi yang telah diberikan.
Rasional : diet dan pola makan yang tepat membantu proses penyembuhan.
f. Minta klien dan keluarga mengulangi
Rasional : mengetahui seberapa jauh pemahaman klien dan keluarga serta menilai keberhasilan dari tindakan yang dilakukan.
4. EVALUASI
Evaluasi adalah perbandingan yang sistemik atau terencana tentang kesehatan pasien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara berkesinambungan, dengan melibatkan pasien, keluarga dan tenaga kesehatan lainnya.
Evaluasi pada pasien dengan anemia adalah :
1). pasien dapat mempertahankan / meningkatkan ambulasi/aktivitas.
2). infeksi tidak terjadi.
3). kebutuhan nutrisi terpenuhi.
4). Peningkatan perfusi jaringan.
5). Pasien mengerti dan memahami tentang penyakit, prosedur diagnostic dan rencana pengobatan.












BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Anemia, perkataan yang berasal daripada bahasa Greek (Ἀναιμία) yang membawa pengertian "tiada darah", merujuk kepada kekurangan sel darah merah(RBC) dan/atau hemoglobin. Ini mengurangkan keupayaan darah untuk memindahkan oksigen ke tisu-tisu, dan mengakibatkan hipoksia; oleh sebab semua sel manusia bergantung kepada oksigen untuk hidup, tingkatan-tingkatan anemia yang berbeza-beza menimbulkan pelbagai
masalah. Hemoglobin (proteinyang membawa oksigen di dalam sel darah merah) harus hadir untuk memastikan pengoksigenan yang mencukupi bagi semua tisu dan organ badan.
Tiga kelas anemia yang utama termasuk:
4.     kehilangan darah akut (mendadak) yang berketerlaluan (genting seperti dalam kes pendarahan akibat kecelakaan, atau kronik (melalui kehilangan darah isi padu rendah dalam jangka masa lama);
5.     pemusnahan sel darah yang berterlaluan (hemolisis); dan
6.     pengeluaran/penghasilan sel darah merah yang kurang (hematopoiesis yang tidak berkesan).
Tanda dan Gejala Anemia Pada Ibu Hamil
ü  Lelah, pusing, dan lemah
ü  Terlihat pucat, terutama pada bibir, kuku jari, dan di bawah lingkaran mata.
ü  Sesak napas
ü  Kesulitan berkonsentrasi
ü  Jantung berdebar-debar
ü  Denyut jantung cepat
Adapun beberapa cara agar ibu hamil tidak terkena Anemia pada ibu hamil,
ü  Lakukan Pemeriksaan Hitung Darah Lengkap
ü  Konsultasikan Pada Dokter
ü  Mengurangi Pola Diet
ü  Anemia tidak bisa dibiarkan begitu saja, tentunya sangat diperlukan penanganan dan pengobatan yang tepat.
B.     Saran
penulis menyarankan kepada para pembaca bahwa saya dari penulis menerima dengan lapang dada segala kritikan dan saran yang bersifat membangun demi sempurnanya makalah in
Dan menyarankan kepada para pembaca hendaknya tidak hanya mengambil satu reperensi dari makalah ini saja dikarenakan saya dari penulis menyadari bahwa makalah ini hanya mengambil reperensi dari beberapa sumber saja.
Apabila terdapat suatu hal yang menyingung ataupun kesalahan nama, saya pribadi minta maaf sedalam dalamnya, karnah tidak ada manusia yang sempurnah di dunia ini kecuali Tuhan Yang Maha Esa.



DAFTAR PUSTAKA

Bobak dkk. 2005. Buku Ajar Keperawtan Maternitas Edisi 4. Jakarta : EGC
Prawirahardjo,Sarwono. 2008. Ilmu Kebidanan.Jakarta:Yayasan Bina Pustaka.
Saifudin,A.B.2002. Buku Acuan Pelyanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.Jakarta:YBP-SP.
Doenges, M.E ( 2001). Rencana Perawatan Maternal/ Bayi Pedoman Untuk Perencanaan & Dokumentasi Perawatan Klien. Edisi 2. Jakarta : EGC
Manjoer,Arief. 2001. Kapita Selekta Kedokteran. FKUI:Media Aekulatius
Winkyosastro, H. 2002. Ilmu Kebidanan. Jakarta:YBP-SP




Tidak ada komentar:

Posting Komentar

"Jika lautan menjadi tinta dan pepohonan menjadi kalam untuk mencatat ilmu-nya, maka tidaklah cukup meskipun ditambah dengan tujuh kali banyaknya. (salam Anak Bulukumba)"